Selasa, 20 April 2021

MENERBITKAN BUKU DI PENERBIT INDIE MUDAH DAN MURAH

 

MENERBITKAN BUKU DI PENERBIT INDIE MUDAH DAN MURAH

                Berupaya untuk dapat menulis, meluangkan waktu, pikiran dan tenaga namun setelah naskah selesai tidak dijadikan buku, sungguh sayang bukan?  Tapi bagaimana caranya? takut juga biayanya besar.  Nah semua akan dibahas pada materi kuliah belajar menulis gelombang 18 pada pertemuan ketujuh pada hari ini. Moderator hari ini Bapak Sucipto Ardi menyapa dengan ramah. Menanyakan kabar kesehatan dan mengajak selalu bersyukur atas banyak nikmat yang telah dilimpahkan Allah pada kita semua. Siang ini narasumbernya ialah Pak Brian dengan tema “Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie.”

                Siapakah Pak Brian itu? Untuk mengetahui jawabannya kita diajak berkunjung di Blog Pak Brian.  Nama lengkapnya Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd. lahir di Jakarta, 30 Juni 1992. Kini tinggal di Bekasi dan berprofesi sebagai guru SD di Jakarta. Memulai aktivitas menulis di blog pertamanya   www.praszetyawan.com  dibuat pada tahun 2009. Profilnya pernah dimuat dalam buku berjudul "Majors For The Future". Pendidikan terakhir  S1 PGSD di Unika Atma Jaya Jakarta lulus tahun 2014. Kesehariannya mengajar di SDN Sumur Batu 01 Pagi, Jakarta  sejak tahun 2015 sampai sekarang.

                Puluhan tulisannya sudah dimuat di berbagai media cetak. Selain menulis di media cetak, tulisannya juga tertuang dalam berbagai media online. Telah melahirkan 3 buku solo dan 8 buku antologi, juga telah mempunyai pengalaman sebagai kurator dalam penulisan beberapa buku antalogi. Untuk tetap mengasah dan mengembangkan sayapnya dalam menulis Pak Brian mengikuti beberapa komunitas menulis. Pengalaman aktifnya di berbagai organisasi manandakan betapa sangat enerjiknya dalam kesehariannya. Bahkan Hari ini bukanlah pertama kalinya dia menjadi narasumber tapi sudah kesekiankalinya dia dipercaya sebagai narasumber di belajar menulis. Di usianya yang masih begitu muda sungguh luar biasa.

                Mengapa menerbitkan buku dikatakan semakin mudah ? karena sekarang ini ada penerbit indie yang melayani penerbitan buku tanpa seleksi. Dahulu ketika penerbit indie belum eksis seperti sekarang, kita hanya tahu bahwa penerbit buku yang ada itu hanya penerbit mayor seperti Gramedia, Grasindo, Elex media, Andi, dan lain-lai. Tahap seleksi naskah menjadi tantangan untuk bisa menembus penerbit mayor. Penulis harus berjuang hingga bisa diterima oleh suatu penerbit mayor. Ketika naskah diterima pun proses penerbitannya sangat lama. Hal ini lah yang kadang membuat enggan para penulis menjadikan naskah tulisannya menjadi sebuah buku.

                Tetapi kini ada penerbit indie yang bisa menjawab rintangan-rintangan tersebut.  Pastinya naskah pasti diterbitkan  dan proses penerbitan mudah dan cepat. Bagi penulis pemula  seperti saya tentu penerbit indie menjadi solusi untuk bisa mewujudkan impian memiliki buku karya sendiri. Memang  kalau di penerbit indie, kita perlu keluar biaya untuk mendapat fasilitas pra cetak penerbitan. Tapi itu memang konsekuensi dari penerbitan tanpa seleksi, sehingga biaya penerbitan menjadi tanggung jawab penulis untuk mendapat fasilitas penerbitan yang memuaskan.

                Pak Brian menceritakan  bahwa sebenarnya  dia sudah mempunyai keinginan menulis buku pada tahun 2014, sudah berniat membuat buku tutorial blog. Waktu itu belum buka blog khusus guru, Namun dia tidak mempunyai mentor yang membimbing. Tidak tahu harus masuk di komunitas apa sehingga tidak mempunyai banyak referensi tentang dunia penerbitan. Dia hanya mengetahui satu tempat menerbitkan buku secara mandiri yaitu nulisbuku.com. Di situ memang gratis tetapi tidak termasuk fasilitas desain cover dan ISBN. Jika mau dua hal itu harus bayar. Biayanya mungkin hampir sejuta. Padahal Ketika itu dia masih kuliah. Tidak mungkin untuk mengeluarkan biaya sebesar itu. Sehingga semangatnya naik-turun dan akhirnya vakum. File naskah hanya tersimpan saja di dalam laptop.

                Alhamdulillah akhirnya pada awal 2019 Pak Brian mulai bangkit lagi karena tidak sengaja menemukan hashtag di Instagram tentang penerbit Indie. Dia kini tahu bahwa menerbitkan buku sekarang lebih mudah dan banyak pilihan penerbit indie. Semangatnya untuk  menyelesaikan naskah bangkit kembali. Naskah tutorial blog dia rombak untuk dibuat menjadi buku panduan blog khusus guru. Karena buku tutorial blog secara umum sudah banyak. Tapi buku blog yang khusus untuk guru belum banyak. Akhirnya pada Oktober 2020 dia mengirim naskah buku pertamanya ke salah satu penerbit Indie. Perlu waktu 3 bulan untuk menunggu sampai buku terbit. Akhirnya pada akhir Januari 2020, buku pertamanya terbit. Hal ini sungguh sebagai pemicu untuk terus berkarya.

                Jika kita penasaran bagaimana isi buku pertama Pak Brian, kita bisa berkunjung di https://www.praszetyawan.com/2020/02/buku-blog-untuk-guru-era-40.html . Buku tersebut merupakan buku pertama sepanjang sejarah hidupnya. Akhirnya di usia 27 tahun, buku pertamanya terbit. Apa yang telah menjadi impiannya telah terwujud. impiannya sejak tahun 2014. Yang waktu itu sudah mencoba mulai tapi kerap berhenti di tengah jalan bahkan sampai sempat tinggalkan naskah pertamanya itu dalam beberapa tahun.

                Selanjutnya jadilah Pak Brian ketagihan menerbitkan buku hingga lahir buku solo keduanya  berjudul “Aksi Literasi Guru Masa Kini.” Buku tersebut merupakan karya solo keduanya. Berisi kumpulan artikel pengalaman membangkitkan gerakan literasi sekolah. Pak Brian memang memiliki hobi menulis dan baca buku. Maka keinginannya untuk menularkan hobinya itu ke para siswa. Dia merasa sangat senang kalau siswa mulai giat membaca dan menulis.

                Dua hobinya tersebut tentu erat kaitannya dengan literasi. Keinginannya yaitu budaya literasi terlihat di lingkungan sekolah tempat dia mengajar. Maka melalui buku solo keduanya  tersebut,  dia ingin berbagi pengalaman dalam melakukan berbagai inovasi kegiatan untuk menumbuhkan minat literasi siswa SD. Dia juga memiliki opini-opini seputar dunia literasi yang dia tuangkan dalam buku tersebut.

                Buku solonya yang ketiga diterbitkan dengan judul  “Menerjang Tantangan Menulis Setiap Hari.” Buku ini berisi kumpulan tulisannya saat mengikuti tantangan menulis setiap hari. Diadakan di gurusiana.id. Gurusiana yang merupakan blog komunitas yang dibuat oleh Media Guru Indonesia, untuk guru di seluruh Indonesia. Dia berhasil menulis setiap hari selama 30 hari dan mendapat sertifikat baru. Karena semangatnya yang terus membara dia  tetap terus lanjut menulis sampai hari ke- 41.  Beragam tema tulisan disuguhkan dalam buku ini. Mulai dari best practice, opini pendidikan, aktivitas seru di sekolah, sampai kiat-kiat seputar menulis;

                Melihat apa yang sudah disampaikan oleh Pak bria hari ini,  sanagt membuka  wawasan kita  dalam menerbitkan buku, yang ternyata tak sesulit yang kita bayangkan. Bahkan biayanya sangat murah.  Betapa  beruntungnya kita telah bisa bergabung di grupbelajar menulis gelombang 18 ini.  Terdapat 30 narasumber yang bisa diserap pengalaman dan wawasannya terkait dunia menulis dan penerbitan buku.

                Pada pelatihan ini kita  bebas memilih mau menerbitkan buku di mana. Tidak ada ketentuan harus terbitkan satu penerbit tertentu. Kita bebas memilih sendiri penerbitnya. Pak Brian adalah termasuk salah satu yang bisa membantu kita menerbitkan buku. Telah memiliki rekanan penerbit indie yaitu Penerbit Gemala dan sudah dibuka layanannya sejak Juli 2020.  Kita sebaiknya memahami betul ketentuan tiap penerbit karena kita sendirilah yang akan memilih penerbitnya, sesuai selera kita. Karena tiap penerbit itu memiliki penawaran dan ketentuan yang berbeda-beda.

                Mungkin kita tidak percaya dan bertanya-tanya. Apakah benar hanya dengan 300.000 kita bisa menerbitkan buku ber-ISBN ? Kenyataannya sudah ada 46 buku yang terbit ber-ISBN lewat penerbit rekanannya. Kita bisa berkunjung di http://www.praszetyawan.com/2021/01/butuh-bantuan-menerbitkan-buku-disini.html

                Pak Brian merasa jika kalau selama masa pandemi mungkin banyak orang yang bingung mau melakukan apa di rumah sehingga rasa bosan pun menghantui. Namun itu tidak berlaku bagi pak Brian. Dia justru banyak kegiatan. selalu bisa untuk mencari kegiatan walau seharian di rumah sepanjang tahun. Dan sejak bergabung dengan grup pelatihan menulis Om Jay pada Maret 2020, Dia telah mendapatkan beberapa peluang dan kesempatan. Salah satu peluang yang ada yaitu membantu para guru peserta pelatihan menulis untuk dapat menerbitkan buku.

                Setelah dia menyelesaikan pelatihan menulis, dia melanjutkan untuk membantu Om Jay mengurus pelatihan tersebut. Ketika itu belum ada orang yang mengurus bagian sertifikat pelatihan, sehingga banyak peserta yang bertanya tentang kepastian mendapat sertifikat pelatihan. Maka, sekarang pak Brian lah yang mengurus bagian tersebut. 

                Mensosialisasikan syarat untuk mendapat sertifikat pelatihan. Salah satu syaratnya yaitu peserta wajib membuat buku solo. Syarat tersebut cukup menantang karena sebagian besar peserta pelatihan belum memiliki pengalaman menerbitkan buku. Mereka bingung harus menerbitkan buku dimana. Melihat kondisi tersebut dia pun menawarkan bantuan untuk menerbitkan buku. Dia ingin peserta pelatihan tidak terhambat dengan biaya penerbitan yang tinggi.  Membantu menghubungkan para penulis dengan penerbit. Dia memilih penerbit rekanan yang bisa diandalkan. Maka penulis tidak perlu khawatir dengan nasib naskah yang sudah dikirimnya,  karena penerbit rekanannya sudah terpercaya dan pasti menerbitkan bukunya.

Ada ketentuan khusus yang harus diperhatikan, yaitu :

Ø  PDF master bisa diminta tapi akan ada watermarknya. Sehingga jika ingin cetak ulang, harus di penerbit gemala.

Ø  Jika ingin Cetak ulang,  Minimal 10 buku.

Ø  Jangan memberi target kapan harus selesai. Karena naskah harus mengantri untuk diproses. Minimal prosesnya 1 bulan sejak biaya penerbitan di transfer

Ø  maksimal 130 hal A5. Lebih dari itu ada biaya tambahan per halaman

Ø  Sertakan dalam naskah: cover ( judul buku dan nama penulis saja), kata pengantar, daftar isi (tanpa nomor halaman), profil penulis, sinopsis.

Ø  Untuk editing, penerbit ini tidak mengecek secara detail. Sarannya jangan terlalu mengandalkan penerbit untuk melakukan editing. Maka sebaiknya penulis yang memastikan sendiri apakah sudah tidak ada kesalahan penulisan. Jadi sebelum naskah dikirim, Hendaknya dibaca lagi naskahnya.

Berik  Tips dalam mengedit naskah ala pak Brian:

-       Penulisan kata jangan disingkat-singkat (yg, tdk, blm)

-       Jangan sampai ada tulisan yang salah ketik (Typo)

-       Satu Paragraf jangan berisi terlalu banyak kalimat

-       Mulailah membiasakan membuat kalimat yang pendek-pendek. Kalimat panjang cenderung akan membingungkan.

-       Setiap bab baru selalu dimulai di halaman baru. Jangan digabung dengan bab sebelumnya

-       Tidak ada ketentuan terkait minimal jumlah halaman. Biasanya buku kumpulan resume pasti bisa lebih dari 90 halaman A5, Karena 20 resume itu cukup banyak.

                Melihat apa yang telah disampaikan Pak Brian telah memberikan banyak wawasan  dan gambaran sehingga saya tidak perlu bingung dalam hal menerbitkan buku. Melalui penerbit indie banyak kemudahan dan tentukan tidak perlu biaya yang mahal. Bahkan jika kita mengalami kesulitan tentukan pak Brian siap mengawal sampai buku kita lahir. Trimakasih pak Brian materi hari ini menambah semangat untuk menghasilkan buku karya sendiri. Semangat dan barokah untuk kita semua.



Tanggal pertemuan:  19 April 2021

Resume ke: 3

Tema: Menerbitkan buku semakin mudah di Penerbit Indie"

Narasumber: Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd. 

Gelombang: 18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar