MENERBITKAN BUKU DI PENERBIT INDIE MUDAH DAN MURAH
Berupaya
untuk dapat menulis, meluangkan waktu, pikiran dan tenaga namun setelah naskah
selesai tidak dijadikan buku, sungguh sayang bukan? Tapi bagaimana caranya? takut juga biayanya
besar. Nah semua akan dibahas pada
materi kuliah belajar menulis gelombang 18 pada pertemuan ketujuh pada hari
ini. Moderator hari ini Bapak Sucipto Ardi menyapa dengan ramah. Menanyakan
kabar kesehatan dan mengajak selalu bersyukur atas banyak nikmat yang telah
dilimpahkan Allah pada kita semua. Siang ini narasumbernya ialah Pak Brian
dengan tema “Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie.”
Siapakah
Pak Brian itu? Untuk mengetahui jawabannya kita diajak berkunjung di Blog Pak
Brian. Nama lengkapnya Raimundus Brian
Prasetyawan, S.Pd. lahir di Jakarta, 30 Juni 1992. Kini tinggal di Bekasi dan
berprofesi sebagai guru SD di Jakarta. Memulai aktivitas menulis di blog
pertamanya www.praszetyawan.com dibuat pada tahun 2009. Profilnya pernah
dimuat dalam buku berjudul "Majors For The Future". Pendidikan
terakhir S1 PGSD di Unika Atma Jaya
Jakarta lulus tahun 2014. Kesehariannya mengajar di SDN Sumur Batu 01 Pagi,
Jakarta sejak tahun 2015 sampai
sekarang.
Puluhan
tulisannya sudah dimuat di berbagai media cetak. Selain menulis di media cetak,
tulisannya juga tertuang dalam berbagai media online. Telah melahirkan 3 buku
solo dan 8 buku antologi, juga telah mempunyai pengalaman sebagai kurator dalam
penulisan beberapa buku antalogi. Untuk tetap mengasah dan mengembangkan
sayapnya dalam menulis Pak Brian mengikuti beberapa komunitas menulis.
Pengalaman aktifnya di berbagai organisasi manandakan betapa sangat enerjiknya
dalam kesehariannya. Bahkan Hari ini bukanlah pertama kalinya dia menjadi
narasumber tapi sudah kesekiankalinya dia dipercaya sebagai narasumber di
belajar menulis. Di usianya yang masih begitu muda sungguh luar biasa.
Mengapa
menerbitkan buku dikatakan semakin mudah ? karena sekarang ini ada penerbit
indie yang melayani penerbitan buku tanpa seleksi. Dahulu ketika penerbit indie
belum eksis seperti sekarang, kita hanya tahu bahwa penerbit buku yang ada itu
hanya penerbit mayor seperti Gramedia, Grasindo, Elex media, Andi, dan
lain-lai. Tahap seleksi naskah menjadi tantangan untuk bisa menembus penerbit
mayor. Penulis harus berjuang hingga bisa diterima oleh suatu penerbit mayor.
Ketika naskah diterima pun proses penerbitannya sangat lama. Hal ini lah yang
kadang membuat enggan para penulis menjadikan naskah tulisannya menjadi sebuah
buku.
Tetapi
kini ada penerbit indie yang bisa menjawab rintangan-rintangan tersebut. Pastinya naskah pasti diterbitkan dan proses penerbitan mudah dan cepat. Bagi
penulis pemula seperti saya tentu
penerbit indie menjadi solusi untuk bisa mewujudkan impian memiliki buku karya
sendiri. Memang kalau di penerbit indie,
kita perlu keluar biaya untuk mendapat fasilitas pra cetak penerbitan. Tapi itu
memang konsekuensi dari penerbitan tanpa seleksi, sehingga biaya penerbitan
menjadi tanggung jawab penulis untuk mendapat fasilitas penerbitan yang
memuaskan.
Pak
Brian menceritakan bahwa sebenarnya dia sudah mempunyai keinginan menulis buku
pada tahun 2014, sudah berniat membuat buku tutorial blog. Waktu itu belum buka
blog khusus guru, Namun dia tidak mempunyai mentor yang membimbing. Tidak tahu
harus masuk di komunitas apa sehingga tidak mempunyai banyak referensi tentang
dunia penerbitan. Dia hanya mengetahui satu tempat menerbitkan buku secara
mandiri yaitu nulisbuku.com. Di situ memang gratis tetapi tidak termasuk
fasilitas desain cover dan ISBN. Jika mau dua hal itu harus bayar. Biayanya
mungkin hampir sejuta. Padahal Ketika itu dia masih kuliah. Tidak mungkin untuk
mengeluarkan biaya sebesar itu. Sehingga semangatnya naik-turun dan akhirnya
vakum. File naskah hanya tersimpan saja di dalam laptop.
Alhamdulillah
akhirnya pada awal 2019 Pak Brian mulai bangkit lagi karena tidak sengaja
menemukan hashtag di Instagram tentang penerbit Indie. Dia kini tahu bahwa
menerbitkan buku sekarang lebih mudah dan banyak pilihan penerbit indie.
Semangatnya untuk menyelesaikan naskah
bangkit kembali. Naskah tutorial blog dia rombak untuk dibuat menjadi buku
panduan blog khusus guru. Karena buku tutorial blog secara umum sudah banyak.
Tapi buku blog yang khusus untuk guru belum banyak. Akhirnya pada Oktober 2020
dia mengirim naskah buku pertamanya ke salah satu penerbit Indie. Perlu waktu 3
bulan untuk menunggu sampai buku terbit. Akhirnya pada akhir Januari 2020, buku
pertamanya terbit. Hal ini sungguh sebagai pemicu untuk terus berkarya.
Jika
kita penasaran bagaimana isi buku pertama Pak Brian, kita bisa berkunjung di https://www.praszetyawan.com/2020/02/buku-blog-untuk-guru-era-40.html
. Buku tersebut merupakan buku pertama sepanjang sejarah hidupnya. Akhirnya di
usia 27 tahun, buku pertamanya terbit. Apa yang telah menjadi impiannya telah
terwujud. impiannya sejak tahun 2014. Yang waktu itu sudah mencoba mulai tapi
kerap berhenti di tengah jalan bahkan sampai sempat tinggalkan naskah
pertamanya itu dalam beberapa tahun.
Selanjutnya
jadilah Pak Brian ketagihan menerbitkan buku hingga lahir buku solo keduanya berjudul “Aksi Literasi Guru Masa Kini.” Buku tersebut
merupakan karya solo keduanya. Berisi kumpulan artikel pengalaman membangkitkan
gerakan literasi sekolah. Pak Brian memang memiliki hobi menulis dan baca buku.
Maka keinginannya untuk menularkan hobinya itu ke para siswa. Dia merasa sangat
senang kalau siswa mulai giat membaca dan menulis.
Dua
hobinya tersebut tentu erat kaitannya dengan literasi. Keinginannya yaitu budaya
literasi terlihat di lingkungan sekolah tempat dia mengajar. Maka melalui buku solo
keduanya tersebut, dia ingin berbagi pengalaman dalam melakukan
berbagai inovasi kegiatan untuk menumbuhkan minat literasi siswa SD. Dia juga
memiliki opini-opini seputar dunia literasi yang dia tuangkan dalam buku tersebut.
Buku
solonya yang ketiga diterbitkan dengan judul
“Menerjang Tantangan Menulis Setiap Hari.” Buku ini berisi kumpulan
tulisannya saat mengikuti tantangan menulis setiap hari. Diadakan di
gurusiana.id. Gurusiana yang merupakan blog komunitas yang dibuat oleh Media
Guru Indonesia, untuk guru di seluruh Indonesia. Dia berhasil menulis setiap
hari selama 30 hari dan mendapat sertifikat baru. Karena semangatnya yang terus
membara dia tetap terus lanjut menulis
sampai hari ke- 41. Beragam tema tulisan
disuguhkan dalam buku ini. Mulai dari best practice, opini pendidikan,
aktivitas seru di sekolah, sampai kiat-kiat seputar menulis;
Melihat
apa yang sudah disampaikan oleh Pak bria hari ini, sanagt membuka wawasan kita dalam menerbitkan buku, yang ternyata tak
sesulit yang kita bayangkan. Bahkan biayanya sangat murah. Betapa
beruntungnya kita telah bisa bergabung di grupbelajar menulis gelombang
18 ini. Terdapat 30 narasumber yang bisa
diserap pengalaman dan wawasannya terkait dunia menulis dan penerbitan buku.
Pada
pelatihan ini kita bebas memilih mau
menerbitkan buku di mana. Tidak ada ketentuan harus terbitkan satu penerbit
tertentu. Kita bebas memilih sendiri penerbitnya. Pak Brian adalah termasuk
salah satu yang bisa membantu kita menerbitkan buku. Telah memiliki rekanan
penerbit indie yaitu Penerbit Gemala dan sudah dibuka layanannya sejak Juli
2020. Kita sebaiknya memahami betul
ketentuan tiap penerbit karena kita sendirilah yang akan memilih penerbitnya,
sesuai selera kita. Karena tiap penerbit itu memiliki penawaran dan ketentuan yang
berbeda-beda.
Mungkin
kita tidak percaya dan bertanya-tanya. Apakah benar hanya dengan 300.000 kita
bisa menerbitkan buku ber-ISBN ? Kenyataannya sudah ada 46 buku yang terbit
ber-ISBN lewat penerbit rekanannya. Kita bisa berkunjung di http://www.praszetyawan.com/2021/01/butuh-bantuan-menerbitkan-buku-disini.html
Pak
Brian merasa jika kalau selama masa pandemi mungkin banyak orang yang bingung
mau melakukan apa di rumah sehingga rasa bosan pun menghantui. Namun itu tidak
berlaku bagi pak Brian. Dia justru banyak kegiatan. selalu bisa untuk mencari
kegiatan walau seharian di rumah sepanjang tahun. Dan sejak bergabung dengan
grup pelatihan menulis Om Jay pada Maret 2020, Dia telah mendapatkan beberapa
peluang dan kesempatan. Salah satu peluang yang ada yaitu membantu para guru
peserta pelatihan menulis untuk dapat menerbitkan buku.
Setelah
dia menyelesaikan pelatihan menulis, dia melanjutkan untuk membantu Om Jay
mengurus pelatihan tersebut. Ketika itu belum ada orang yang mengurus bagian
sertifikat pelatihan, sehingga banyak peserta yang bertanya tentang kepastian mendapat
sertifikat pelatihan. Maka, sekarang pak Brian lah yang mengurus bagian
tersebut.
Mensosialisasikan
syarat untuk mendapat sertifikat pelatihan. Salah satu syaratnya yaitu peserta
wajib membuat buku solo. Syarat tersebut cukup menantang karena sebagian besar
peserta pelatihan belum memiliki pengalaman menerbitkan buku. Mereka bingung
harus menerbitkan buku dimana. Melihat kondisi tersebut dia pun menawarkan
bantuan untuk menerbitkan buku. Dia ingin peserta pelatihan tidak terhambat
dengan biaya penerbitan yang tinggi. Membantu
menghubungkan para penulis dengan penerbit. Dia memilih penerbit rekanan yang
bisa diandalkan. Maka penulis tidak perlu khawatir dengan nasib naskah yang
sudah dikirimnya, karena penerbit
rekanannya sudah terpercaya dan pasti menerbitkan bukunya.
Ada ketentuan khusus yang harus
diperhatikan, yaitu :
Ø PDF
master bisa diminta tapi akan ada watermarknya. Sehingga jika ingin cetak
ulang, harus di penerbit gemala.
Ø Jika
ingin Cetak ulang, Minimal 10 buku.
Ø Jangan
memberi target kapan harus selesai. Karena naskah harus mengantri untuk
diproses. Minimal prosesnya 1 bulan sejak biaya penerbitan di transfer
Ø maksimal
130 hal A5. Lebih dari itu ada biaya tambahan per halaman
Ø Sertakan
dalam naskah: cover ( judul buku dan nama penulis saja), kata pengantar, daftar
isi (tanpa nomor halaman), profil penulis, sinopsis.
Ø Untuk
editing, penerbit ini tidak mengecek secara detail. Sarannya jangan terlalu
mengandalkan penerbit untuk melakukan editing. Maka sebaiknya penulis yang
memastikan sendiri apakah sudah tidak ada kesalahan penulisan. Jadi sebelum
naskah dikirim, Hendaknya dibaca lagi naskahnya.
Berik Tips dalam mengedit naskah ala pak Brian:
-
Penulisan kata jangan disingkat-singkat (yg,
tdk, blm)
-
Jangan sampai ada tulisan yang salah ketik
(Typo)
-
Satu Paragraf jangan berisi terlalu banyak
kalimat
-
Mulailah membiasakan membuat kalimat yang
pendek-pendek. Kalimat panjang cenderung akan membingungkan.
-
Setiap bab baru selalu dimulai di halaman baru.
Jangan digabung dengan bab sebelumnya
- Tidak ada ketentuan terkait minimal jumlah halaman. Biasanya buku kumpulan resume pasti bisa lebih dari 90 halaman A5, Karena 20 resume itu cukup banyak.
Melihat
apa yang telah disampaikan Pak Brian telah memberikan banyak wawasan dan gambaran sehingga saya tidak perlu
bingung dalam hal menerbitkan buku. Melalui penerbit indie banyak kemudahan dan
tentukan tidak perlu biaya yang mahal. Bahkan jika kita mengalami kesulitan
tentukan pak Brian siap mengawal sampai buku kita lahir. Trimakasih pak Brian
materi hari ini menambah semangat untuk menghasilkan buku karya sendiri.
Semangat dan barokah untuk kita semua.
Tanggal pertemuan: 19 April 2021
Resume ke: 3
Tema: Menerbitkan buku semakin mudah di Penerbit Indie"
Narasumber: Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd.
Gelombang: 18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar