Kamis, 24 Juni 2021

Ada Kemauan Pasti Ada Jalan Kemudahan



Yakin, di balik kesulitan akan datang kemudahan, itu janji Allah kepada hanbaNya yang mau bersabar dan berusaha. Kegalauan adanya wabah corona yang entah tak tahu akan berakhirnya, membuat aku merenung dan berfikir. Haruskah aku berdiam diri dan terpuruk. Setiap hari hanya menikmati berita yang menambah kegaulauan hati dengan adanya pasien-pasien yang terus bertambah hingga tak mendapatkan tempat perawatan di rumah sakit. Ditambah lagi adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat. 

Saat awal adanya wabah corona waktu diisi dan disibukkan dengan mengikuti webinar dan diklat online  tapi lama kelamaan bosan juga. Akhirnya memcoba menulis, dari pada tulisan  hanya disimpan di laptop maka kadang share di grup whatsApp, harapan tulisan dibaca dan bermanfaat untuk orang lain. Ingin mengabadikan tulisan tapi tak tahu caranya.

Alhamdulillah, Allah mempertemukanku dengan komunitas literasi, semula ragu, mampukah aku seperti mereka, menghasilkan sebuah karya, sebuah buku yang akan dikenang sepanjang masa. Berbekal nekat dan niat akhirnya satu buku antologi terlahir dan ada namaku di sana. Tumbuh keberanianku untuk bergabung di antologi berikutnya, akhirnya lahir buku antologi kedua, ketiga dan seterusnya. 

Tanpa aku harus meninggalkan tugas pokokku. Membersamai teman-teman di SD Sendowo I, ditambah tugas membimbing belajar anak-anak kelas 5 yang berjumlah 26 siswa. Aku ikuti arus komunitas menulisku. Di tengah kesibukan mengikuti seleksi program sekolah penggerak dan kegiatan kedinasan lainnya tak menyurutkan niat belajar menulisku.

Allah telah memberi kemudahan, di tahun 2021 telah hadir enam buku antologi di tanganku. Tiga buku lagi telah mendapatkan ISBN dan sudah cetak, tinggal menunggu sampai di tangan. Dua buku antologi puisi dan memoar menyambut hari anak nasional dalam proses penggarapan. Mungkin ada yang bertanya, mengapa memilih menulis buku antologi?  Jawabnya, karena aku adalah penulis pemula, dan di situlah aku akan menemukan banyak pelajaran dan pengalaman dari karya orang lain. Dengan harapan berjalannya waktu aku akan memiliki buku solo, hasil karyaku sendiri.

Dalam menulis  tidak membutuhkan kepandaikan dan keahlian khusus, kalau itu yang dibutuhkan mungkin sampai saat inipun aku tak kan punya karya. Tapi niat dan kemauan itulah yang dibutuhkan, dan rasa ingin terus belajar. Itulah yang aku miliki. In syaa Allah setiap ada niat dan kemuaan pasti akan ada jalan. Allah akan mudahkan.

Karya buku anotologi :

1.    Nyala Jiwa Pejuang  (2021)

2.    Antalogi Haru Biru Hijrah Meraih Berkah (2021)

3.   Inspirasi dalam Untaian Puisi (Antologi Aksara Berkisah dalam Memperingati

     R,A.Kartini 2021)

4.    Catatan Terindah (Antologi Memoar Upgrede Diri, 2021)

5.    Purwakarya Literasi (Antologi Belajar Menulis Bersama Bu  Kanjeng, 2021)

6.    Simponi Dua Hati (Antologi Kisah Pertemuan dengan Pasangan Hidup, 2021)

7.    Kaulah Sosok Inspiratif di Hatiku (Antologi Kisah Penyemangat Kalbu, 2021)

8.    Inspirarasi Kartini di Tengah Pandemi (2021)

9.  Bumiku Handayani (Antologi Geguritan Mangayubagya Ambalwarsa 190 Tahun 

    Adeging Gunungkidul, 2021)



                Email               : tarmiyati2014@gmail.com.
                Blog                : https://tarmiwasis.blogspot.com
                Motto Hidup   : Jalani dan Syukuri

 

Salam literasi, 24 juni 2021

Rabu, 09 Juni 2021

Penerbit Mayor

 

Bapak Lulusan S2 Magister teknologi Informasi Fakultas Elektro UGM Yogyakarta  tahun 2006 bapak Edi S. Mulyanta adalah narasumber kuliah belajar menulis gelombang 18 pada hari ini. Bapak kelahiran Yogyakarta ini akan menyampaikan materi dengan tema “Penerbit Mayor” yang akan didampingi moderator hebat Mr. Brams.

Bapak Edi S, Mulyanta akan berbagi pengalmamnya di dunia penerbitan dan penulisan buku. Sebelum bergabung di Penerbit Andi,  beliau adalah penulis lepas yang hidup memang dari menulis buku.Sudah nyaris 20 tahun menangani penerbitan di Penerbit Andi. Sungguh waktu yang sudah sangat lama semoga pengalamannya dapat memberikan inspirasi kepada kita semua.

Akhir-akahir ini, tepatnya sudah hampir 1 tahun ini, beliau mengalami hal di penerbitan yang tidak dijumpai pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu adanya pandemi yang luar biasa mengubah perputaran bisnis di semua bidang termasuk penerbit buku seperti industrinya saat ini. Baru bulan Maret 2021, kegiatan di penerbitan miliknya dapat dikatakan sudah kembali berjalan normal seperti biasa. Akan tetapi tantangan yang telah ditimbulkan akibat pandemi tidak mudah dapat dilalui nya dan selesaikan dalam waktu dekat.

Dunia penerbitan saat ini baik itu penerbit mayor maupun penerbit minor menghadapi suatu permasalahan yang hampir sama dengan kehidupan usaha yang lain, di masa pandemi yang belum tahu kapan pasti berakhir. Dunia penerbitan baik penerbit mayor maupun penerbit minor adalah dunia bisnis semata, dan terbesit idealisme di dalamnya, yang tentunya setiap penerbit mempunyai visi dan misi yang berbeda-beda.

Dunia penerbitan adalah dunia bisnis semata, yang tentunya diikuti dengan idealisme di dalamnya. Dalam dunia bisnis, nomor satu yang dicari adalah keuntungan atau dapat dikatakan berujung pada Duit. Outlet utama bisnis penerbitan buku adalah pasar toko buku yang paling utama di samping tentunya pasar di luar toko buku yang tidak dapat mungkin dikesampingkan juga. Toko buku ituah yang menjadi soko guru dari bisnis ini sehingga ketergantungannya sudah menjadi suatu ekosistem yang khas dalam dunia penerbitan.

Di dalam Undang-undang Nomor 3 tahun 2017, tertulis dengan jelas dengan gamblang tentang sistem perbukuan di Indonesia. Sistem Perbukuan adalah tata kelola perbukuan yang dapat  dipertanggungjawabkan  dan terpadu, yang mencakup pemerolehan naskah, penerbitan, pencetakan, pengembangan buku elektronik, pendistribusian, penggunaan, penyediaan, dan pengawasan buku. Yang menjadi masalah saat ini adalah dalam tahap pendistribusian materi yang telah diproses untuk dapat meningkatkan literasi baca di Indonesia.

Literasi adalah kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya Demikian arti makna menurut UU No 3 – 2017. Tugas penerbit adalah mendapatkan Naskah yang tentunya dapat diproses menjadi buku untuk menghasilkan keuntungan, sehingga bisnis penerbitan tersebut dapat berkembang dan meningkatkan literasi bagi masyarakat secara umum.

definisi ^naskah buku^ dan ^buku^yang telah dijelaskan dengan gamlang pula di UU Perbukuan . Naskah Buku adalah draf karya tulis dan/atau karya gambar yang memuat bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Tugas penulis adlah menghasilkan Naskah Buku yang memenuhi kriteria bagi penerbit. Penerbit akan mengolah Naskah Buku tersebut menjadi komoditas berupa buku cetakan maupun buku elektronik menyesuaikan perkembangan jaman.

Berikut definisi Buku menurut UU Perbukuan Buku adalah karya tulis dan/atau karya gambar yang diterbitkan berupa cetakan berjilid atau berupa publikasi elektronik yang diterbitkan secara tidak berkala. Ke depan baik itu penerbit buku Mayor maupun Minor dapat berperan saling melengkapi dalam memenuhi amanat undang-undang ini. Buku merupakan luaran atau outcome yang diakui oleh Undang-undang sebagai syarat dalam memenuhi kewajiban baik itu Guru, Dosen, maupun tenaga-tenaga di Pemerintahan.

Beberapa Undang-undang yang memperkuat posisi buku ada di UU 12/2012 Perguruan Tinggi Pasal 46 ayat 2 ….Hasil Penelitian wajib disebarluaskan…. dipublikasikan (dalam bentuk Buku Ber ISBN)

PermenPAN 26/2009 Jabfung Guru dan Angka Kredit, Pasar 11 Ayat c-2 Publikasi Buku ber ISBN

Karena begitu pentingnya luaran atau outcomes dari beberapa profesi pendidik, sehingga tumbuh subur pula penerbit2 yang menyalurkan hasil pemikiran penulis dalam bentuk buku yang ber ISBN.

Penerbit di Indonesia telah diwadahi pemerintah dalam organisasi IKAPI, sehingga jika kita akan menerbitkan buku, sebaiknya menggunakan saluran tersebut yang telah diakui oleh pemerintah. Setiap penerbit diperbolehkan untuk mengajukan Nomor ISBN ke perpustakaan nasional. Di dalam perkembangannya, perpustakaan nasional memberikan penanda tertenu dalam ISBN untuk menunjukkan skala produksi penerbitannya.

 Skala produksi itu akan menunjukkan kemampuan output buku yang dihasilkan serta kemampuan distribusinya ke masyarakat luas. Semakin besar output dan distribusinya, ISBN yang dikeluarkan oleh Perpusnas akan semakin banyak. Akhirnya diberikan kode produksi buku di ISBN dalam bentuk Publications Element Number. Karena hal itulah kemudian muncul istilah penerbit mayor dan penerbit minor, hanya karena masalah skala produksi saja.. visi dan misi penerbitan semuanya sama yaitu mencari keuntungan bisnis, dan ada sisi idealisme di dalamnya.

Aturan pemerintah, terkadang bergerak mengikuti dinamika masyarakat. Karena banyaknya terbitan yang diajukan sebagai syarat Jabatan Fungsional, akhirnya pemerintah terkadang memberikan syarat tertentu untuk mempermudah klasifikasi pemberian nilai indeks di angka kredit. Sehingga munculah penerbit skala mayor (nasional) dan skala regional saja. Bahkan di luaran Pendidikan Tinggi, jelas mensyaratkan untuk mendapatkan nilai angka kredit nasional harus diterbitkan di penerbit skala nasional (minimal 3 propinsi kantor pemasaran).

Hal itulah yang semakin menegaskan garis yang jelas penerbit mayor dan minor, hanya karena skala penjualannya. Tentunya ke depan akan semakin diperbaiki, mengingat penerbitan buku saat ini sudah mengikuti perkembangan teknologi yaitu penerbitan buku digital. Untuk mengantisipasi perkembangan jaman yang semakin nyata terlihat arahnya ke depan.

Kita dapat melihat percontohan buku digital dan proses pemasarannya di http://bukudigital.my.id  atau dapat dilihat di http://ebukune.my.id  ini adalah proyek percontohan pengembangan buku digital kami dan proses pemasarannya Kita bisa mencoba bertransaksi buku digital, supaya kita tidak ketinggalan jaman, karena buku digital ini akan menyatukan mindset penerbit mayor maupun minor, sehingga tidak ada lagi dikotomi hal tersebut. Yang ada adalah penerbit dengan kekhasan visi dan misi masing-masing, saling mengisi untuk meningkatkan literasi bangsa ini.

Di Penerbitan buku Pak Edi saat ini sedang mencoba memperbaiki proses distribusi materi dan literasi yang terhambat di era pandemi. Karena Toko Buku, Sekolah, dan Kampus saat ini belum dapat menjadi saluran yang dapat diandalkan dalam bisnis buku saat ini. Dengan berlakunya PSBB dan pembatasan kegiatan masyarakat di beberapa daerah, dengan otomatis Toko buku andalan penerbit yaitu Gramedia memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop dan terhenti sama sekali.

Dari omzet normal dan terhenti di pit stop menjadikan omzet terjun bebas hanya berkisar 80-90% penurunannya. Outlet yang tertutup menjadikan beberapa penerbit ikut terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara langsung ke produksi buku hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan naskah ke penerbit menanti bersemi di Toko Buku. Penerbit tentunya gamang dengan keadaan seperti ini, mengingat suplai naskah masih berjalan bahkan tidak terimbas pandemi, akan tetapi proses menjadikan menjadi sebuah komoditas buku yang bernilai ekonomi sangat terhambat pandemi.

Penerbit saat ini sedang mereposisi diri untuk tetap bertahan, walaupun tentunya tidak akan mudah. Sehingga kami membuka saluran-saluran promosi baru untuk masih tetap mengobarkan semangat literasi di perbukuan. Saluran-saluran digital dapat menjadi alternatif untuk tetap berkembang mendistribusikan ilmu pengetahuan. Pak Edi mencoba mengembangkan channel TV Andi di Youtube, dan mengembangkan Production House Andi Academy, untuk tetap mengobarkan semangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penerbitan buku.

Kita dapat mencoba menawarkan naskah ke semua penerbit, karena pada saat ini kondisi naskah di beberapa penerbit masih tetap terbuka lebar.namun hal yang menyulitkan adalah proses produksi dan pemasarannya.. Harapan ke depan, Toko Buku, Aktifitas Belajar Mengajar kembali normal sehingga pasar buku dapat kembali menggeliat. Saran dari Pak Edi bahwa kita hendaknya tetap mengirimkan usulan naskah ke penerbit-penerbit baik skala mayor maupun minor. Karena peluang itu akan selalu ada.

Keputusan-keputusan strategik diperlukan, mengingat ketidak pastian yang sangat besar untuk memproduksi buku. Penerbit telah memarkirkan mesin-mesinnya hampir 50%, untuk mengurangi beban biaya produksi, otomatis tenaga kerja yang menggerakkannya mengkurangi jam kerjanya walaupun tidak begitu drastis. Buku-buku pendidikan, juga tetap dipertahankan produksinya, karena yakin buku ini tidak lekang oleh keadaan apapun, sehingga produksi buku tetap megkonsentrasikan ke buku pendidikan yang mempunyai pasar yang sangat stabil setiap tahunnya.

Pesan Bapak Edi, tulislah rencana penulisan dengan target market yang dituju, tawarkan rancangan pemasarannya. Pemasaran era new normal sangat berbeda dengan era normal sebelumnya. Ke depan buku-buku mungkin akan disalurkan ke media e-book, untuk media printing offline mungkin akan semakin berkurang jumlahnya.  Ke depan media-media selain buku akan semain banyak menghiasi dunia pendidikan. Persiapkan hal ini dengan baik, karena hal ini membutuhkan keahlian yang berbeda dengan sebelumnya.

Adanya kelas belajar menulis Om Jay ini memberi peluang saling berbagi pengalaman. Komunitas senasib sepenanggungan adalah wahana yang baik dalam mengelola tulisan, memberikan angin segar untuk tumbuhnya penulis-penulis baru yang tangguh dan tidak cengeng dengan penolakan penerbit. Akan tetapi tetap berkarya hingga menghasilkan tulisan yang khas. Punya karakter sendiri dan tentunya ditunggu kehadirannya oleh pembaca dan penerbit tentunya.


Tanggal pertemuan 28 April 2021

Resume ke : 8

Tema : Penerbit Mayor

Nara sumber : Edi S. Mulyanta, S.Si, M.T.


Senin, 07 Juni 2021

Teknik Memasarkan Buku


 

Teknik Memasarkan Buku

Kuliah Belajar menulis Gelombang 18 pada hari ini dengan materi cara baru teknik memasarkan buku. sebagai pematerinya adalah Wijaya Kusumah, M.Pd,  yang ngetop dikenal dengan panggilan Om Jay. Dan sebagai moderator yang akan mengawal materi hari ini adalah Bapak Sucipto.Seperti apa profil narasumber hari ini, yakinlah pasti sudah banyak yang mengetahuinya. Banyak sekali guru-guru blogger dan penulis yang tersebar di Indonesia telah menjadi murid beliau, mereka telah “diracuni” virus menulis oleh Omjay.

Saat ini Omjay sedang dalam proses menyelesaikan kuliah S3. Kandidat Doktor tersemat di namanya. Seperti pada flyer/poster, tema belajar siang ini adalah “Teknik Memasarkan Buku”. Seperti apa isinya, pastinya kita penasaran semua.  Intinya adalah bagaimana teknik memasarkan buku yang jitu dan banyak dibeli oleh pembaca.

Berdasar penjelasan Om Jay, untuk bisa memasarkan buku yang bermutu, maka kita harus belajar bagaimana menulis dan menerbitkan buku. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Kita akan menemukan buku itu bagus setelah membaca isinya.

Untuk buku karyanya, Omjay memulainya dengan mencari editor yang mampu membuat buku yang beliau terbitkan menjadi enak dibaca. Semua bukunya yang dicetak di penerbit indie selalu ada editornya. Om jay tidak pernah merangkap menjadi seorang penulis sekaligus editornya. Itulah mengapa isi buku yang diterbitkannya  selalu laku di pasaran. Sebab sudah diedit secara profesional oleh para editor yang memang menguasai di bidangnya.

Berbeda bila kita menerbitkan buku di penerbit mayor atau penerbit besar. Semua buku ada editornya sehingga terseleksi dengan baik dan layak untuk dijual atau dipasarkan ke seluruh Indonesia. Bahkan ke manca negara, bila bagian marketingnya sudah sampai ke berbagai negara di dunia.

Teknik memasarkan buku ada beberapa cara, antara lain kita bisa mencari informasinya di Mbah Google.com. Tinggal ketik saja, maka anda akan dapatkan segudang informasinya. Untuk zaman digital sekarang ini, cara yang paling banyak dipakai untuk memasarkan buku adalah menggunakan media digital dan media sosial. Banyak sekali iklan buku-baru bertebaran di internet.

1.     You Tube dan Instagram

Om jay menggunakan YouTube dan Instagram untuk memasarkan buku-buku terbarunya. https://images.app.goo.gl/THVqdAsuuSCu1NcbA , https://www.instagram.com/p/CNXWqssAttR/?igshid=1gmk3cpnwsco6 Untuk promosi buku di Instagram Om Jay belajar kepada putri pertamanya yang bernama intan. Kebetulan putrinya sedang memasarkan produk Al Qur'an yang sangat bagus sekali kertas dan tampilannya. Caranya beriklan sangat cool dan lebih kepada story' tellingBeda dengan bapaknya ketika beriklan di http://YouTube.com/wijayalabs. Lebih natural dan apa adanya. https://youtu.be/802VAoI6Tvo , ini iklan Om Jay untuk buku menuju pribadi unggul.

2.     Blog

Omjay juga menggunakan blog sebagai media digital untuk memasarkan buku buku yang beliau tulis dan terbitkan. https://wijayalabs.com/sinopsis-kata-pengantar-buku-terbaru-omjay-guru-tangguh-berhati-cahaya/  Semua itu membuat buku-bukunya banyak dipesan dan dibeli orang dari seluruh penjuru Indonesia. Bahkan ada juga yang pesan bukunya dari Malaysia, Singapura dan Brunei.

3.     Kolaborasi

Inti dari memasarkan buku adalah adanya kolaborasi. Kita harus bekerjasama dengan orang lain agar buku yang diterbitkan laku di pasaran. Untuk penerbit besar, biasanya mereka memiliki tenaga pemasaran yang banyak. Sehingga serangan darat, laut dan udara dapat dengan mudah mereka kuasai. Walaupun saat ini jumlah pemasaran bukunya agak berkurang akibat pandemi covid19 Bagi kita para penulis pemula tentu saja ingin bukunya laku dan dibeli oleh banyak orang. Oleh karena itu, kolaborasi adalah kunci agar buku kita bisa dipasarkan di belantara dunia Maya yang selalu non stop 24 jam.

4.     Media Sosial

Om jay menggunakan media sosial untuk memasarkan buku-buku hasil karyanya dan bekerjasama dengan kawan-kawan lainnya dalam memasarkan buku. Setiap buku akan menemui takdirnya. Namun itu semua harus diiringi dengan usaha yang terus menerus dan tidak mudah putus asa

Berkali kita gagal lekas bangkit dan cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri dan jangan mengeluh. Itulah yang harus kita lakukan ketika mengalami beberapa kali kegagalan dalam memasarkan buku terbarunya. Pada akhirnya akan menemukan hal-hal baru yang membuatnya  mencari momentum untuk menerbitkan buku terbarunya.

Om Jay belajar dari almarhum Hernowo Hasim. Sosok yang sangat produktif sekali menulis. Namun dari ratusan bukunya, hanya sedikit yang menjadi buku best seller. Salah satunya adalah andaikan buku sepotong pizza. https://mizanstore.com/

Harus diakui, buku yang diterbitkan oleh penerbit mayor lebih banyak pembelinya. Karena selain mereka mempunyai tenaga pemasaran yang berpengalaman, juga memiliki media sosial yang bagus. Serasa wajar saja bila buku-buku yang diterbitkan selalu banyak pembacanya https://www.andipublisher.com/

Salah satu Penerbit buku mayor yang selalu melakukan inovasi adalah penerbit Andi Yogyakarta. Om Jay banyak belajar dari pengalaman para pengelola penerbit ini Hal yang belaiu suka dari penerbit Andi Yogyakarta adalah seringnya melakukan acara webinar dan bersertifikat. Anda bisa belajar dari Chanel youtubenya di tv Andi https://youtu.be/F9sAf8Nwl5Y

Telah bnyak buku kawan-kawan di belajar menulis PGRI yang telah banyak dipasarkan dengan cara ini. Itulah mengapa kolaborasi itu penting agar buku yang diterbitkan laku dipasaran. Kita sebagai penulis pemula, jangan juga hanya diam saja, penulis harus ikut memasarkan bukunya. Dengan begitu bukunya akan laku dan banyak dibeli orang banyak. Kalau sudah seperti itu, jangan kaget bila menerima royalty buku sampai ratusan juta rupiah karena adanya kolaborasi.

Hendaknya yang sudah menikmati royalty buku dari penerbit mayor maupun penerbit indie, harus selalu melakukan inovasi. Sebab inovasi yang tiada henti akan membuat buku-buku yang kita tulis akan sampai ke tangan pembaca. Jangan lupa silahturahmi, sebab silahturahmi atau silahturahim juga sangat membantu kita dalam memasarkan buku. Pada akhirnya teknik memasarkan buku akan kita temui dari adanya silahturahmi ini. Kekuatan silahturahmi ini dahsyat. Akan banyak rezeki yang akan mengikutinya.

 

Tanggal pertemuan 26 April 2021

Resume ke : 7

Tema : Teknik Memasarkan Buku

Nara sumber : Wijaya Kusumah, M.Pd.

 

Sabtu, 05 Juni 2021

Mental dan Naluri Penulis

 


Mental dan Naluri Penulis

            Materi kuliah belajar menulis gelombang 18 bersama Om Jay hari ini memasuki pertemuan ke-9 dengan narasumber muda, cantik jelita, dengan sejuta talenta. Beliau adalah Ditta Widya Utami, S.Pd. kelahiran 1990, tapi prestasinya luarr biasa. Seorang guru yang masih muda, alumni kelas menulis gelombang 7 yang bukunya tembus ke penerbit mayor. Tak kenal maka tak sayang. Tak sayang maka tak cinta. Tak cinta maka tak tahu. Ingin kenal dengan beliau bisa ditengok profilnya di  https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html Materi Bu Ditta hari ini adalah Mental dan Naluri Penulis. Yok kita simak materi beliau berikut ini !

A.      Mental Seorang Penulis

Sesungguh antara teknik menulis dan mental seorang penulis adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Di kelas pelatihan menulis ini, semua peserta tentu sudah dan akan mendapat berbagai materi yang berhubungan dengan teknik menulis. Misal, bagaimana membuat outline tulisan, membuat judul, teknik menulis sekali duduk, dsb. Yang akan kita bahas adalah hal yang berkaitan dengan mentalnya. Ibarat jiwa dan raga. Teknik menulis dan mental penulis, keduanya harus ada agar penulis dan tulisannya bisa "hidup".

Teknik menulis yang dimaksud adalah mencakup kemampuan seseorang dalam menulis. Mulai dari pemilihan kosa kata, kemampuan membuat outline, pemahaman mengenai gagasan utama, berbagai jenis tulisan, serta pengetahuan lain yang bersifat teknis. Sedangkan mental penulis merujuk pada kondisi psikologis atau batin si penulis itu sendiri.

            Mental apa saja yang harus dimiliki penulis, Bu Ditta menuangkan dalam bentuk mind map dan             video materi yang bisa disimak pada link berikut :       https://dittawidyautami.blogspot.com/2021/01/menjadi-narasumber-di-wag-17-pelatihan.html?m=1


Salah satu mental yang harus dimiliki adalah siap belajar. Kali ini kita akan lebih menitikberatkan pada keseimbangan teknik dan mental penulis.

Dilihat dari keseimbangan teknik dan mental penulis, maka ada 4 Tipe Penulis, yaitu :

1. Dying writer

                        

Tipe pertama adalah Dying Writer atau penulis yang sekarat. Termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang lemah secara teknik pun lemah mentalnya sebagai seorang penulis. Seolah hidup segan mati tak mau. Misalnya ikut pelatihan menulis setengah hati (lemah mental) dan tidak berkarya membuat tulisan (yang bisa jadi karena lemah teknik, tidak tahu bagaimana harus menulis, mendapatkan ide, dan sebagain)

Tipe ini bukan berarti tak mampu membuat tulisan. Hanya saja, diperlukan upaya ekstra agar orang-orang ini "mau" hidup sehat kembali untuk menulis. Ibaratnya menjadi penulis masih sekedar angan-angan tanpa aksi nyata.

2. Dead man

                 

Tipe kedua adalah Dead Man. Sesuai namanya, tulisan dari kategori ini "mati", tidak diketahui keberadaannya. Terkubur di folder laptop, terbungkus lembaran diary, atau notes yang ada di hp belum terpublish.

Tekniknya ada (sudah mampu menulis), hanya mentalnya masih lemah (malu, takut dikritik dan sbagainya) sehingga tidak berani mempublish tulisan. Belum berani membuat buku atau artikel. Padahal ilmu tentang kepenulisannya sudah mumpuni.

3. Sick people

Tipe ketiga adalah Sick People. Orang-orang dalam kelompok ini adalah yang masih lemah teknik menulisnya namun sudah cukup memiliki mental seorang penulis sehingga sudah berani mempublish tulisannya. Mereka sudah siap jika ada yang mengkritik, mengomentari tulisan mereka dan sejatinya sadar masih terdapat kekurangan dalam tulisannya. Misal typo, penggunaan kata yang sama berulang kali, paragraf yang terlalu panjang, dsb.

Obat bagi kategori ini tentu saja terus menulis. Tingkatkan jam terbang dalam menulis. Insya Allah dengan sendirinya akan sembuh. Karena semakin banyak menulis, semakin banyak review, semakin banyak baca, sehingga bisa meminimalkan kesalahan dalam penulisan karya.

4. Alive


Terakhir tentu saja kategori terbaik, yaitu Alive, yaitu penulis yang tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung yang terus berdetak saat pemiliknya bernyawa. Orang-orang dalam kelompok ini sudah bisa dikatakan "ahli" menulis (kuat teknik) serta kuat mentalnya.

Cirinya mudah. Meski tingkatan ahli ada pemula, menengah dan sangat ahli, tapi secara umum kita bisa mengenali mereka. Misal saat menulis sudah seperti kebutuhan primer seperti makan. Ibaratnya, jika tak makan akan lapar. Begitu pula mereka yang hidup dalam menulis. Akan lapar menulis bahkan jika sehari saja tak membuat tulisan.

Ciri yang paling kentara dari kelompok ini tentu saja seperti juara lomba menulis, bukunya tembus di jurnal nasional, di media massa, dsb. Kelompok Alive ini termasuk kategori pembelajar sejati. Selalu berproses. Mampu hadapi tantangan menulis (meski puasa tetep nulis, walau sibuk menyempatkan nulis, dsb). Apakah kita bisa menjadi alive? Tentu bisa! Yang penting terus aktif menulis dan pupuk mental penulisnya.

Ada 2 kategorikan macam ketakutan ketika menulis/mempublish tulisan, yaitu :

1.   Takut terkait teknik penulisan (misal takut tidak sesuai kaidah penulisan, tidak sesuai aturan penerbit, alur dan pesan tulisan yang masih belum tampak, serta ketakutan lain yang sejenis)

2.   Ketakutan yang berhubungan dengan (penilaian) dari orang lain. Misalnya takut dicemooh, diejek, tidak dibaca, dsb.

 Sedangkan 3 orang lainnya menyatakan tidak memiliki ketakutan.  Itulah yang patut kita contoh. Teknik menulis akan membaik jika kita sering berlatih menulis. Mental penulis akan terbentuk ketika kita terus melatih diri mempublikasikan tulisan kita untuk dibaca oleh orang lain. Jika ingin menjadi penulis hebat, maka kita harus mau meningkatkan teknik dan mental menulis kita.


B.      Naluri Penulis

        Pengertian naluri menurut KBBI online:

1.      Naluri adalah dorongan hati atau nafsu yang dibawa sejak lahir; pembawaan alami yang tidak disadari mendorong untuk berbuat sesuatu; insting;

2.  Perbuatan atau reaksi yang sangat majemuk dan tidak dipelajari yang dipakai untuk mempertahankan hidup, terdapat pada semua jenis makhluk hidup;

 Penulis sejati berangkat dari keresahannya. Membuatnya berbuat melalui "tulisan". Ia mengubah dunia dengan tulisan. Mengubah orang-orang melalui goresan tintanya. Orang yang memiliki naluri penulis, akan mengoptimalkan seluruh inderanya sehingga bisa menghasilkan karya berupa tulisan.

Contoh sosok yang memiliki naluri penulis :  Ada banjir yang melanda, dilihat di depan mata banyak orang mengungsi dsb, kemudian tergerak membuat tulisan. Ada lagu syahdu yang bisa menjadi renungan, ia tuangkan dalam bentuk tulisan.

Kenali diri kita dan lingkungan kita, lalu  kita buat tulisan. Maka karya-karya yang kita hasilkan akan mengasah naluri penulis dalam diri kita. Sungguh tidak ada yang mengenali diri kita sebaik kita sendiri. Orang memang bisa menilai kita, tapi seperti apa kita sesungguhnya hanya kita yang tahu. Bagaimana cara melatih agar mental dan naluri menulis itu selalu alive? Mengutip dari seorang Kompasianer "Menulis dan teruslah untuk menulis. Karena tulisanmu sesungguhnya adalah bentuk asahan dari nalurimu!"

Tanggal pertemuan 23 April 2021

Resume ke : 6

Tema : Mental dan Naluri Penulis

Nara sumber : Ditta Widya Utami, S.Pd.


Buku Mahkota Penulis, Buku Muara Tulisan

 


Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barokatuh, Salam sejahtera bagi kita semua. Bagaimana kabar Bapak dan Ibu sekalian? Semoga tetap semangat dalam menjalankan aktivitasnya di bulan suci Ramadhan ini. Mbak Ditta  sebagai moderator hari ini menyapa kami dengan sangat ramah. Memberikn aura semangatkan kepada para peserta.

 Siang ini sudah memasuki pertemuan ke-8, dengan narasumber kita adalah Pak H. Thamrin Dahlan, M.Si. Beliau adalah Alumni Pasca Sarjana UI, Lahir di Tempino Jambi 7 Juli 1952. Beliau Purnawirawan Polri terakhir bertugas sebagai DIrektur Pasca Rehabilitasi BNN dengan Pangkat Kombes Pol. Aktifitas kesehariannya ssebagai Dosen dan Penulis serta Pendiri Penerbit Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) beliau Tinggal di Kel. Dukuh Kramatjati Jakarta Timur. Aktif menulis sejak 2010 telah menerbitkan 37 Judul Buku.

Bapak H. Thamrin menyaikan bahwa tulisan tulisan itu ibarat air mengalir .  Tetes demi tetes bergabung menjadi satu, mangalir jauh mencari tempat terendah akhirnya bermuara di lautan.  Itulah Buku. Sejatinya buku adalah kumpulan tulisan nan terserak. Selaiknya karya gemilang, olah pikir  perlu diselamatkan menjadi kitab.

Menurut beliau, semua orang itu punya buku. Tanpa kita sadari setiap orang sebenarnya sudah pasti memiliki buku. Buku dalam artian tercantum namanya di sampul /cover depan buku. Paling tidak saat kita sekolah di tingkat paling rendah yaitu sekolah dasar. Berupa buku catatan tentang prestasi diri,  hanya saja buku dituliskan oleh guru kita  dalam bentuk raport.  Menginjak pendidikan menengah  SMP, SMA, SMK para pelajar dan siswa  pernah diberi tugas menyusun karya tulis walaupun terkadang berupa kerja kelompok namun makalah itu dijilid jadilah buku. Dari situlah  tanpa kita sadari sebenarnya kita telah memiliki buku.

Ketika di Perguruan Tinggi, kualitas buku seorang sarjana itu memiliki harkat terhormat. Buku yang dinamai Skripsi, Tesis dan Disertasi diterbitkan setelah melalui proses panjang dan penuh perjuangan melalui penelitian, pembimbingan dan kemudian diuji hadapan Sidang Majelis Kehormatan Para Guru Besar Universitas. Jelaslah nama kita sudah ada disampul depan buku ilmiah.  Tersimpan abadi di perpustakaan kampus.  Menjadi kebanggaan dan bukti tak terbantahkan bahwa kita telah  berhak menyandang gelar kesarjanaan secara legal. Pengakuan formal seorang akademisi sebagai pemenuhan  kewajibkan memiliki buku. Satu saja yang belum terlekat di cover belakang buku yaitu ISBN (international standard book number). Keren bukan? Namun kenyataan setelah presikat sarjana kita sandang, aktifitas menulis hanya cukup di situ saja, taka da kelanjutannya.

Bapak H. Thamrin setelah memiliki 3 buku (D3, S1 dan S2) yang lebih banyak berkisah tentang bagaimana seorang anak desa Tempino Jambi bisa memiliki 37 judul buku. Semua berangkat dari motivasi ingin meninggalkan sesuatu nan abadi di muka bumi.  Pernah seorang temannya secara berseloroh berata, “ janganlah pulak nama awak hanya tertulis di Buku Yasin dan Batu Nissan!”

Buku (kitab) adalah keabadian nan memiliki masa berlaku (expired date un limited) tak terhingga bahkan sampai hari kiamat. Ketika Bapak H. Thamrin mamasuki usia pensiun  di tahun 2010, merasa ada persoalan yang muncul, belaiu ingin memanfaatkan waktu di masa pensiunnya sebaik-baiknya. Beliau mencari cara bagaimana mengisi waktu luang yang begitu lapang dan panjang.  Anjuran dari keluarga untuk dimanfaatkan dengan kegiatan menulis dari pada termenung saja

            Beliau memulai menulis tepatnya tanggal 19 Agustus 2010 di media sosial kompasiana.com.  Terbata bata, berkeringat, resah gelisah, kuatir yang dia rasakan saat itu.  Merasa belum pantas menjadi penulis di media besar  dan berpenghuni hebat. Namun Beliau yajin semuanya akan bisa karena biasa. Tidak lagi merasa memaksa diri tetapi benar-benar merasa tertantang.  Merasa termotivasi dan terinspirasi untuk mengikuti jejak  Ibunda Hajjah Kamsiah binti Sutan Mahmud (Almarhumah). Seorang  keturunan Minangkabau yang diberkahi talenta mahir menulis.

Motto penasehat, penakawan dan penasaran,. H. Thamrin merasakan dunia menulis adalah dunia yang sangat mengasyikkan. Setiap kali menulis   diniatkan menulis untuk berbagi kebaikan. Disinilah inspirasi dan aspirasi  serta angan angan dapt dituangkannya dengan baik dalam bentuk reportase, opini dan fiksi.  3 Jenis tulisan ini mengalir bagaikan air bah sampai beliau masuk ke kategori addict (kecanduan menulis).

Beliau sampaikan bahwa Salah satu kiat kenapa bisa menulis 1 artikel setiap hari ialah jargon sekali duduk jadi. Kerena sesungguhnya tulisan itu memenuhi kaedah sebuah artikel ketika mencapai 7 paragraf. Jangan pernah meninggalkan tulisan, sebab sudah bisa dipastikan nantinya tulisan itu tidak akan pernah tuntas.  Hendaknya tetap duduk, paksakan diriuntuk menyelesaikan tulisan,  wajib selesai tak peduli salah ketik (ada proses edit).  Tentang kualitas tulisan itu nanti karena indikator bagus tidaknya tulisan sangat subjektif dan variatif.

Semua orang bisa menulis. Ketika kita bisa berbicara maka otomatis kita bisa menulis. Menulis sesungguhnya pekerjaan memindahkan apa yang diucapkan  kedalam penalaran tulis menulis.

Melalui metode menulis sekali duduk jadi, yaitu

1.   Uapayakan tidak meninggalkan tulisan

2.   Hiraukan kesalahan ketik

3.   Ketika blank, tinggalkan paragraf masuk ke paragraf baru

4.   Baca berulang pada proses editing

5.   Sebagai pemula cukup 5 paragraf

6.   Bersegeralah posting tulisan di media  sosial

Mulailah menulis pendek-pendek

1.     Menulis pendek-pendek, upayakan maksimal 9 kata dalam satu kalimat

2.     Berbahasa bicara / seperti bertutur kata

3.     Mudah dimengerti/pahami

4.     Runtut tidak menjelimet

Kategori artikel atau tulisan:

1.     Artikel Deskriptif : hanya sebatas menggabarkan atau melaporkan  (to describe)azas 5W1H/tidak memecahkan masalah

2.     Artikel eksplanatif : menjelaskan, menerangkan dan mengupas permasalahan secara mendalam/ilmiah. Objektifdan bertanggungjawab.

-       Karya ilmiah : Skripsi/Tesis/Disertasi/jurnal

-       Opini : Ipoleksosbudhankam

3.     Fiksi : kebebasan menuangkan inspirasi dunia maya sebagai bagian tak terpisahkan dari seni. (puisi, novel, cerbung, cerpen, pantun)

Keajaiban 3 rahasia dunia jusnalistik :

1.     Ternyata setiap tulisan itu memiliki roh. Roh dalam artian tulisan hidup dengan syarta karya ketik disyiarkan ke media social. Ketika tulisan dibaca apa lagi diberi komentar (terlepas tanggapan baik atau mencemooh) maka anda sudah berhasil menjadi penulis non buku harian.

2.     Biarlah tulisanmu itu membela dirinya sendiri. Biarlah bukumu itu mengikuti takdirnya (buya hamka).

3.     Surprei tak terduga.

Dalam kesempatan kali ini Pak H. Thamrin akan berbagi bagaimana caranya bisa menerbitkan buku secara gratis di Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD). Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) komitmen membantu para penulis menerbitkan Buku Perdana ber ISBN tanpa biaya. Prosedur sangat sederhana dalam waktu 14 hari buku Terbit.

Ada 3 program YPTD jika salah satunya terpenuhi bisa menerbitkan buku gratis di YPTD :

1.     Penulis telah memiliki Naskah Buku.

2.     Penulis aktif posting tulisan di website YPTD terbitkanbukugratis.id setelah terkumpul 40 artikeal maka akan buku akan diterbitkan.

3.     YPTD menerbitkan buku ontologi berupa kumpulan tulisan yang di posting dalam 1 bulan.

Pada dasarnya YPTD tidak menyediakan editor naskah,  Namun dengan ketentuan ukuran buku A 5, Huruf TNR font 12 serta spasi 1.5 kemudian margin 1,5,1,1,1 inshaAllah tampilan buku sudah baik.  Upayakan tulisan per paragrat tidak lebih dari 5 kalimat. 

Membaca dan terus membaca tulisan sendiri adalah editor yang terbaik, sebab ROH tulisan itu ada sama Penulis.  Janagan sampai kehilang Roh, oleh karena itu tulis sendiri  edit sendiri sehingga sampai timbul rasa puas. Pola ini saya lakukan ketika menerbitkan buku tanpa editor.

Seandainya sudah meniliki naskah buku kirim via email ke thamrindahlan@gmail.com  YPTD sudah bisa menguruskan ISBN dan buku terbit.  Kewajiban Penulis posting 10 artikel di website YPTD terbitkanbukugratis.id selam proses penerbitan buku.

Buku adalah mahkota seorang penulis. Laiknya seorang raja, diakui sebagai penguasa karena mengenakan mahkota di kepalanya. Mahkota itulah bentuk pengakuan resmi dari rakayatnya. Analog dengan seorang penulis tanpa memiliki buku maka belum bisa dikatakan sebagai seorang seorang penulis sejati.

 

Tanggal pertemuan 21 April 2021

Resume ke : 5

Tema : Buku Mahkota Penulis, Buku Muara Tulisan

Nara sumber : H. Thamrin Dahlan, SKM, M.Si