Sabtu, 05 Juni 2021

Buku Mahkota Penulis, Buku Muara Tulisan

 


Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barokatuh, Salam sejahtera bagi kita semua. Bagaimana kabar Bapak dan Ibu sekalian? Semoga tetap semangat dalam menjalankan aktivitasnya di bulan suci Ramadhan ini. Mbak Ditta  sebagai moderator hari ini menyapa kami dengan sangat ramah. Memberikn aura semangatkan kepada para peserta.

 Siang ini sudah memasuki pertemuan ke-8, dengan narasumber kita adalah Pak H. Thamrin Dahlan, M.Si. Beliau adalah Alumni Pasca Sarjana UI, Lahir di Tempino Jambi 7 Juli 1952. Beliau Purnawirawan Polri terakhir bertugas sebagai DIrektur Pasca Rehabilitasi BNN dengan Pangkat Kombes Pol. Aktifitas kesehariannya ssebagai Dosen dan Penulis serta Pendiri Penerbit Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) beliau Tinggal di Kel. Dukuh Kramatjati Jakarta Timur. Aktif menulis sejak 2010 telah menerbitkan 37 Judul Buku.

Bapak H. Thamrin menyaikan bahwa tulisan tulisan itu ibarat air mengalir .  Tetes demi tetes bergabung menjadi satu, mangalir jauh mencari tempat terendah akhirnya bermuara di lautan.  Itulah Buku. Sejatinya buku adalah kumpulan tulisan nan terserak. Selaiknya karya gemilang, olah pikir  perlu diselamatkan menjadi kitab.

Menurut beliau, semua orang itu punya buku. Tanpa kita sadari setiap orang sebenarnya sudah pasti memiliki buku. Buku dalam artian tercantum namanya di sampul /cover depan buku. Paling tidak saat kita sekolah di tingkat paling rendah yaitu sekolah dasar. Berupa buku catatan tentang prestasi diri,  hanya saja buku dituliskan oleh guru kita  dalam bentuk raport.  Menginjak pendidikan menengah  SMP, SMA, SMK para pelajar dan siswa  pernah diberi tugas menyusun karya tulis walaupun terkadang berupa kerja kelompok namun makalah itu dijilid jadilah buku. Dari situlah  tanpa kita sadari sebenarnya kita telah memiliki buku.

Ketika di Perguruan Tinggi, kualitas buku seorang sarjana itu memiliki harkat terhormat. Buku yang dinamai Skripsi, Tesis dan Disertasi diterbitkan setelah melalui proses panjang dan penuh perjuangan melalui penelitian, pembimbingan dan kemudian diuji hadapan Sidang Majelis Kehormatan Para Guru Besar Universitas. Jelaslah nama kita sudah ada disampul depan buku ilmiah.  Tersimpan abadi di perpustakaan kampus.  Menjadi kebanggaan dan bukti tak terbantahkan bahwa kita telah  berhak menyandang gelar kesarjanaan secara legal. Pengakuan formal seorang akademisi sebagai pemenuhan  kewajibkan memiliki buku. Satu saja yang belum terlekat di cover belakang buku yaitu ISBN (international standard book number). Keren bukan? Namun kenyataan setelah presikat sarjana kita sandang, aktifitas menulis hanya cukup di situ saja, taka da kelanjutannya.

Bapak H. Thamrin setelah memiliki 3 buku (D3, S1 dan S2) yang lebih banyak berkisah tentang bagaimana seorang anak desa Tempino Jambi bisa memiliki 37 judul buku. Semua berangkat dari motivasi ingin meninggalkan sesuatu nan abadi di muka bumi.  Pernah seorang temannya secara berseloroh berata, “ janganlah pulak nama awak hanya tertulis di Buku Yasin dan Batu Nissan!”

Buku (kitab) adalah keabadian nan memiliki masa berlaku (expired date un limited) tak terhingga bahkan sampai hari kiamat. Ketika Bapak H. Thamrin mamasuki usia pensiun  di tahun 2010, merasa ada persoalan yang muncul, belaiu ingin memanfaatkan waktu di masa pensiunnya sebaik-baiknya. Beliau mencari cara bagaimana mengisi waktu luang yang begitu lapang dan panjang.  Anjuran dari keluarga untuk dimanfaatkan dengan kegiatan menulis dari pada termenung saja

            Beliau memulai menulis tepatnya tanggal 19 Agustus 2010 di media sosial kompasiana.com.  Terbata bata, berkeringat, resah gelisah, kuatir yang dia rasakan saat itu.  Merasa belum pantas menjadi penulis di media besar  dan berpenghuni hebat. Namun Beliau yajin semuanya akan bisa karena biasa. Tidak lagi merasa memaksa diri tetapi benar-benar merasa tertantang.  Merasa termotivasi dan terinspirasi untuk mengikuti jejak  Ibunda Hajjah Kamsiah binti Sutan Mahmud (Almarhumah). Seorang  keturunan Minangkabau yang diberkahi talenta mahir menulis.

Motto penasehat, penakawan dan penasaran,. H. Thamrin merasakan dunia menulis adalah dunia yang sangat mengasyikkan. Setiap kali menulis   diniatkan menulis untuk berbagi kebaikan. Disinilah inspirasi dan aspirasi  serta angan angan dapt dituangkannya dengan baik dalam bentuk reportase, opini dan fiksi.  3 Jenis tulisan ini mengalir bagaikan air bah sampai beliau masuk ke kategori addict (kecanduan menulis).

Beliau sampaikan bahwa Salah satu kiat kenapa bisa menulis 1 artikel setiap hari ialah jargon sekali duduk jadi. Kerena sesungguhnya tulisan itu memenuhi kaedah sebuah artikel ketika mencapai 7 paragraf. Jangan pernah meninggalkan tulisan, sebab sudah bisa dipastikan nantinya tulisan itu tidak akan pernah tuntas.  Hendaknya tetap duduk, paksakan diriuntuk menyelesaikan tulisan,  wajib selesai tak peduli salah ketik (ada proses edit).  Tentang kualitas tulisan itu nanti karena indikator bagus tidaknya tulisan sangat subjektif dan variatif.

Semua orang bisa menulis. Ketika kita bisa berbicara maka otomatis kita bisa menulis. Menulis sesungguhnya pekerjaan memindahkan apa yang diucapkan  kedalam penalaran tulis menulis.

Melalui metode menulis sekali duduk jadi, yaitu

1.   Uapayakan tidak meninggalkan tulisan

2.   Hiraukan kesalahan ketik

3.   Ketika blank, tinggalkan paragraf masuk ke paragraf baru

4.   Baca berulang pada proses editing

5.   Sebagai pemula cukup 5 paragraf

6.   Bersegeralah posting tulisan di media  sosial

Mulailah menulis pendek-pendek

1.     Menulis pendek-pendek, upayakan maksimal 9 kata dalam satu kalimat

2.     Berbahasa bicara / seperti bertutur kata

3.     Mudah dimengerti/pahami

4.     Runtut tidak menjelimet

Kategori artikel atau tulisan:

1.     Artikel Deskriptif : hanya sebatas menggabarkan atau melaporkan  (to describe)azas 5W1H/tidak memecahkan masalah

2.     Artikel eksplanatif : menjelaskan, menerangkan dan mengupas permasalahan secara mendalam/ilmiah. Objektifdan bertanggungjawab.

-       Karya ilmiah : Skripsi/Tesis/Disertasi/jurnal

-       Opini : Ipoleksosbudhankam

3.     Fiksi : kebebasan menuangkan inspirasi dunia maya sebagai bagian tak terpisahkan dari seni. (puisi, novel, cerbung, cerpen, pantun)

Keajaiban 3 rahasia dunia jusnalistik :

1.     Ternyata setiap tulisan itu memiliki roh. Roh dalam artian tulisan hidup dengan syarta karya ketik disyiarkan ke media social. Ketika tulisan dibaca apa lagi diberi komentar (terlepas tanggapan baik atau mencemooh) maka anda sudah berhasil menjadi penulis non buku harian.

2.     Biarlah tulisanmu itu membela dirinya sendiri. Biarlah bukumu itu mengikuti takdirnya (buya hamka).

3.     Surprei tak terduga.

Dalam kesempatan kali ini Pak H. Thamrin akan berbagi bagaimana caranya bisa menerbitkan buku secara gratis di Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD). Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) komitmen membantu para penulis menerbitkan Buku Perdana ber ISBN tanpa biaya. Prosedur sangat sederhana dalam waktu 14 hari buku Terbit.

Ada 3 program YPTD jika salah satunya terpenuhi bisa menerbitkan buku gratis di YPTD :

1.     Penulis telah memiliki Naskah Buku.

2.     Penulis aktif posting tulisan di website YPTD terbitkanbukugratis.id setelah terkumpul 40 artikeal maka akan buku akan diterbitkan.

3.     YPTD menerbitkan buku ontologi berupa kumpulan tulisan yang di posting dalam 1 bulan.

Pada dasarnya YPTD tidak menyediakan editor naskah,  Namun dengan ketentuan ukuran buku A 5, Huruf TNR font 12 serta spasi 1.5 kemudian margin 1,5,1,1,1 inshaAllah tampilan buku sudah baik.  Upayakan tulisan per paragrat tidak lebih dari 5 kalimat. 

Membaca dan terus membaca tulisan sendiri adalah editor yang terbaik, sebab ROH tulisan itu ada sama Penulis.  Janagan sampai kehilang Roh, oleh karena itu tulis sendiri  edit sendiri sehingga sampai timbul rasa puas. Pola ini saya lakukan ketika menerbitkan buku tanpa editor.

Seandainya sudah meniliki naskah buku kirim via email ke thamrindahlan@gmail.com  YPTD sudah bisa menguruskan ISBN dan buku terbit.  Kewajiban Penulis posting 10 artikel di website YPTD terbitkanbukugratis.id selam proses penerbitan buku.

Buku adalah mahkota seorang penulis. Laiknya seorang raja, diakui sebagai penguasa karena mengenakan mahkota di kepalanya. Mahkota itulah bentuk pengakuan resmi dari rakayatnya. Analog dengan seorang penulis tanpa memiliki buku maka belum bisa dikatakan sebagai seorang seorang penulis sejati.

 

Tanggal pertemuan 21 April 2021

Resume ke : 5

Tema : Buku Mahkota Penulis, Buku Muara Tulisan

Nara sumber : H. Thamrin Dahlan, SKM, M.Si


Tidak ada komentar:

Posting Komentar