Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barokatuh, Salam
sejahtera bagi kita semua. Bagaimana kabar Bapak dan Ibu sekalian? Semoga tetap
semangat dalam menjalankan aktivitasnya di bulan suci Ramadhan ini. Mbak
Ditta sebagai moderator hari ini menyapa
kami dengan sangat ramah. Memberikn aura semangatkan kepada para peserta.
Siang ini sudah memasuki pertemuan ke-8,
dengan narasumber kita adalah Pak H. Thamrin Dahlan, M.Si. Beliau adalah Alumni
Pasca Sarjana UI, Lahir di Tempino Jambi 7 Juli 1952. Beliau Purnawirawan Polri
terakhir bertugas sebagai DIrektur Pasca Rehabilitasi BNN dengan Pangkat Kombes
Pol. Aktifitas kesehariannya ssebagai Dosen dan Penulis serta Pendiri Penerbit
Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) beliau Tinggal di Kel. Dukuh Kramatjati
Jakarta Timur. Aktif menulis sejak 2010 telah menerbitkan 37 Judul Buku.
Bapak H. Thamrin menyaikan bahwa tulisan
tulisan itu ibarat air mengalir . Tetes
demi tetes bergabung menjadi satu, mangalir jauh mencari tempat terendah
akhirnya bermuara di lautan. Itulah
Buku. Sejatinya buku adalah kumpulan tulisan nan terserak. Selaiknya karya
gemilang, olah pikir perlu diselamatkan
menjadi kitab.
Menurut beliau, semua orang itu punya
buku. Tanpa kita sadari setiap orang sebenarnya sudah pasti memiliki buku. Buku
dalam artian tercantum namanya di sampul /cover depan buku. Paling tidak saat
kita sekolah di tingkat paling rendah yaitu sekolah dasar. Berupa buku catatan
tentang prestasi diri, hanya saja buku
dituliskan oleh guru kita dalam bentuk
raport. Menginjak pendidikan
menengah SMP, SMA, SMK para pelajar dan
siswa pernah diberi tugas menyusun karya
tulis walaupun terkadang berupa kerja kelompok namun makalah itu dijilid
jadilah buku. Dari situlah tanpa kita
sadari sebenarnya kita telah memiliki buku.
Ketika di Perguruan Tinggi, kualitas
buku seorang sarjana itu memiliki harkat terhormat. Buku yang dinamai Skripsi,
Tesis dan Disertasi diterbitkan setelah melalui proses panjang dan penuh
perjuangan melalui penelitian, pembimbingan dan kemudian diuji hadapan Sidang
Majelis Kehormatan Para Guru Besar Universitas. Jelaslah nama kita sudah ada
disampul depan buku ilmiah. Tersimpan
abadi di perpustakaan kampus. Menjadi
kebanggaan dan bukti tak terbantahkan bahwa kita telah berhak menyandang gelar kesarjanaan secara
legal. Pengakuan formal seorang akademisi sebagai pemenuhan kewajibkan memiliki buku. Satu saja yang
belum terlekat di cover belakang buku yaitu ISBN (international standard book
number). Keren bukan? Namun kenyataan setelah presikat sarjana kita sandang,
aktifitas menulis hanya cukup di situ saja, taka da kelanjutannya.
Bapak H. Thamrin setelah memiliki 3
buku (D3, S1 dan S2) yang lebih banyak berkisah tentang bagaimana seorang anak
desa Tempino Jambi bisa memiliki 37 judul buku. Semua berangkat dari motivasi
ingin meninggalkan sesuatu nan abadi di muka bumi. Pernah seorang temannya secara berseloroh
berata, “ janganlah pulak nama awak hanya tertulis di Buku Yasin dan Batu
Nissan!”
Buku (kitab) adalah keabadian nan
memiliki masa berlaku (expired date un limited) tak terhingga bahkan sampai
hari kiamat. Ketika Bapak H. Thamrin mamasuki usia pensiun di tahun 2010, merasa ada persoalan yang
muncul, belaiu ingin memanfaatkan waktu di masa pensiunnya sebaik-baiknya. Beliau
mencari cara bagaimana mengisi waktu luang yang begitu lapang dan panjang. Anjuran dari keluarga untuk dimanfaatkan dengan
kegiatan menulis dari pada termenung saja
Beliau memulai menulis tepatnya
tanggal 19 Agustus 2010 di media sosial kompasiana.com. Terbata bata, berkeringat, resah gelisah,
kuatir yang dia rasakan saat itu. Merasa
belum pantas menjadi penulis di media besar
dan berpenghuni hebat. Namun Beliau yajin semuanya akan bisa karena
biasa. Tidak lagi merasa memaksa diri tetapi benar-benar merasa tertantang. Merasa termotivasi dan terinspirasi untuk
mengikuti jejak Ibunda Hajjah Kamsiah
binti Sutan Mahmud (Almarhumah). Seorang
keturunan Minangkabau yang diberkahi talenta mahir menulis.
Motto penasehat, penakawan dan
penasaran,. H. Thamrin merasakan dunia menulis adalah dunia yang sangat mengasyikkan.
Setiap kali menulis diniatkan menulis untuk
berbagi kebaikan. Disinilah inspirasi dan aspirasi serta angan angan dapt dituangkannya dengan
baik dalam bentuk reportase, opini dan fiksi.
3 Jenis tulisan ini mengalir bagaikan air bah sampai beliau masuk ke
kategori addict (kecanduan menulis).
Beliau sampaikan bahwa Salah satu
kiat kenapa bisa menulis 1 artikel setiap hari ialah jargon sekali duduk jadi. Kerena
sesungguhnya tulisan itu memenuhi kaedah sebuah artikel ketika mencapai 7
paragraf. Jangan pernah meninggalkan tulisan, sebab sudah bisa dipastikan nantinya
tulisan itu tidak akan pernah tuntas. Hendaknya
tetap duduk, paksakan diriuntuk menyelesaikan tulisan, wajib selesai tak peduli salah ketik (ada
proses edit). Tentang kualitas tulisan
itu nanti karena indikator bagus tidaknya tulisan sangat subjektif dan
variatif.
Semua orang bisa menulis. Ketika kita
bisa berbicara maka otomatis kita bisa menulis. Menulis sesungguhnya pekerjaan
memindahkan apa yang diucapkan kedalam
penalaran tulis menulis.
Melalui metode menulis sekali duduk jadi, yaitu
1. Uapayakan
tidak meninggalkan tulisan
2. Hiraukan
kesalahan ketik
3. Ketika
blank, tinggalkan paragraf masuk ke paragraf baru
4. Baca
berulang pada proses editing
5. Sebagai
pemula cukup 5 paragraf
6. Bersegeralah
posting tulisan di media sosial
Mulailah menulis pendek-pendek
1. Menulis
pendek-pendek, upayakan maksimal 9 kata dalam satu kalimat
2. Berbahasa
bicara / seperti bertutur kata
3. Mudah
dimengerti/pahami
4. Runtut
tidak menjelimet
Kategori artikel atau tulisan:
1. Artikel
Deskriptif : hanya sebatas menggabarkan atau melaporkan (to describe)azas 5W1H/tidak memecahkan
masalah
2. Artikel
eksplanatif : menjelaskan, menerangkan dan mengupas permasalahan secara
mendalam/ilmiah. Objektifdan bertanggungjawab.
- Karya
ilmiah : Skripsi/Tesis/Disertasi/jurnal
- Opini
: Ipoleksosbudhankam
3. Fiksi
: kebebasan menuangkan inspirasi dunia maya sebagai bagian tak terpisahkan dari
seni. (puisi, novel, cerbung, cerpen, pantun)
Keajaiban 3 rahasia dunia jusnalistik :
1. Ternyata
setiap tulisan itu memiliki roh. Roh dalam artian tulisan hidup dengan syarta
karya ketik disyiarkan ke media social. Ketika tulisan dibaca apa lagi diberi
komentar (terlepas tanggapan baik atau mencemooh) maka anda sudah berhasil
menjadi penulis non buku harian.
2. Biarlah
tulisanmu itu membela dirinya sendiri. Biarlah bukumu itu mengikuti takdirnya
(buya hamka).
3. Surprei
tak terduga.
Dalam kesempatan kali ini Pak H. Thamrin akan berbagi
bagaimana caranya bisa menerbitkan buku secara gratis di Yayasan Pusaka Thamrin
Dahlan (YPTD). Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) komitmen membantu para
penulis menerbitkan Buku Perdana ber ISBN tanpa biaya. Prosedur sangat
sederhana dalam waktu 14 hari buku Terbit.
Ada 3 program YPTD jika salah satunya
terpenuhi bisa menerbitkan buku gratis di YPTD :
1. Penulis
telah memiliki Naskah Buku.
2. Penulis
aktif posting tulisan di website YPTD terbitkanbukugratis.id setelah terkumpul
40 artikeal maka akan buku akan diterbitkan.
3. YPTD
menerbitkan buku ontologi berupa kumpulan tulisan yang di posting dalam 1 bulan.
Pada dasarnya YPTD tidak menyediakan
editor naskah, Namun dengan ketentuan
ukuran buku A 5, Huruf TNR font 12 serta spasi 1.5 kemudian margin 1,5,1,1,1
inshaAllah tampilan buku sudah baik.
Upayakan tulisan per paragrat tidak lebih dari 5 kalimat.
Membaca dan terus membaca tulisan
sendiri adalah editor yang terbaik, sebab ROH tulisan itu ada sama
Penulis. Janagan sampai kehilang Roh,
oleh karena itu tulis sendiri edit
sendiri sehingga sampai timbul rasa puas. Pola ini saya lakukan ketika
menerbitkan buku tanpa editor.
Seandainya sudah meniliki naskah buku
kirim via email ke thamrindahlan@gmail.com
YPTD sudah bisa menguruskan ISBN dan buku terbit. Kewajiban Penulis posting 10 artikel di
website YPTD terbitkanbukugratis.id selam proses penerbitan buku.
Buku adalah mahkota seorang penulis. Laiknya
seorang raja, diakui sebagai penguasa karena mengenakan mahkota di kepalanya.
Mahkota itulah bentuk pengakuan resmi dari rakayatnya. Analog dengan seorang
penulis tanpa memiliki buku maka belum bisa dikatakan sebagai seorang seorang
penulis sejati.
Tanggal pertemuan 21 April 2021
Resume ke : 5
Tema
: Buku Mahkota Penulis, Buku Muara Tulisan
Nara sumber : H. Thamrin Dahlan, SKM, M.Si
Tidak ada komentar:
Posting Komentar